JAKARTA, investor.id – Nilai tukar rupiah hari ini masih mengalami penurunan pasca pengumuman tarif Trump, namun penurunan rupiah tidak sedalam sebelumnya. Pelaku pasar bahkan diprediksi bisa memperoleh sentimen positif dari aksi investor untuk buy on dip, pertama kalinya setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bea masuk 32% atas barang Indonesia.
Pengamat pasar uang yang juga Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menilai nilai tukar rupiah bisa memperoleh sentimen positif tersebut di sebagian pasar saham Asia.
“Aksi buy on dip pasar hari ini bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko, (kendati) pasar masih rentan tertekan pekan ini karena isu perang tarif masih bergulir dan pasar menunggu hasil negosiasi tarif beberapa negara,” ungkap Ariston dalam catatan Selasa (8/4/2025).
Kurs rupiah hari ini melemah tipis dengan nilai tukar rupiah turun 40 poin (0,24%) menjadi Rp 16.861,5 terhadap dolar AS, menurut data Bloomberg yang diakses Selasa.
Ariston melanjutkan, sebagian pasar saham Asia terlihat rebound. Hal ini menandakan banyak investor memanfaatkan momen harga yang sudah menurun signifikan di berbagai bursa saham dengan harapan ke depan pasar akan melonjak kembali. “Sentimen ini bisa positif, bisa menahan pelemahan rupiah hari ini,” imbuhnya.
Menurutnya, pasar keuangan Indonesia yang baru buka hari ini mungkin merespon negatif terhadap berbagai isu selama libur Lebaran, terutama soal pengumuman tarif impor baru AS dan aksi balasan dari beberapa negara seperti China dan Kanada.
Sementara itu, Head of Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mencatat rupiah yang terdepresiasi 11% dalam enam bulan terakhir sebenarnya menawarkan lindung nilai (hedging) alami terhadap tarif AS. Depresiasi rupiah telah terjadi di tengah pelemahan umum dalam indeks dolar (DXY), dengan sebagian besar mata uang Asia sebenarnya terapresiasi baru-baru ini.
“Kami pikir mata uang yang dinilai rendah dapat meningkatkan daya saing ekspor manufaktur Indonesia ke AS dan daya tarik ekuitas dan obligasi di kalangan investor asing,” kata Satria. Ia memperkirakan tarif AS yang baru akan memberikan dampak minimal terhadap laba perusahaan Indonesia, yang sudah berada pada basis rendah untuk estimasi 2025.
“Pandangan kami adalah kapitulasi Presiden Donald Trump akan terjadi lebih cepat daripada yang diperkirakan; sedikit saja tanda-tandanya akan memicu pemulihan pasar yang akan lebih dahsyat daripada tahun 2020,” ujarnya.
“Jadi, mungkin saja rupiah akan bergerak di Rp 16.800 di awal perdagangan dan bisa ditutup lebih kuat di akhir perdagangan hari ini di sekitar Rp 16.700,” sambung Ariston.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa pagi di Jakarta melemah sebesar 24 poin atau 0,14% ke level Rp 16.846 per dolar AS, dibandingkan sebelumnya di level Rp 16.822 per dolar AS.