JAKARTA, investor.id – Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas. Teranyar, Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor bagi China menjadi 125%, hanya beberapa jam setelah China menaikkan bea masuk atas barang-barang AS menjadi 84%.
Memanasnya perang dagang kedua negara tersebut telah menjadi perhatian semua pihak khususnya investor baik domestik maupun dari luar negeri. Lantas, apa yang harus dilakukan investor menghadapi perang dagang AS dan China?
Founder dan CEO Finvesol Consulting Fendi Suiyanto merekomendasikan agar investor mengambil kebijakan investasi yang sifatnya lebih jangka pendek. Hal ini melihat dari potensi, fluktuasi, dan volatilitas perang dagang kedua negara tersebut ke depan.
Baca juga: IHSG Bergeliat di 6.200-an, Giliran MDKA dan BREN Unjuk Gigi
“Kenapa demikian? Karena memang volatilitas nanti ke depan potensinya akan sangat tinggi dan besar sehingga akan sangat bijak bagi investor ataupun trader untuk memanfaatkan momentum jangka pendek,” ujar Fendi dalam Investor Market Opening di Berita Satu TV, Jakarta, Kamis (10/4/2025).
Fendi menambahkan, investor bisa melakukan aksi buy on weakness untuk tujuan jangka pendek ketika sentimen positif sudah mulai bermunculan. Dia memberikan contoh, investor bisa melakukan aksi buy on weakness seperti pada saat indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 9% secara intraday pada Selasa (8/4/2025).
Kemudian, menjual saham tersebut pada saat IHSG kembali bergairah. Selanjutnya, investor memperhatikan level support IHSG untuk mengambil posisi berikutnya.
Akumulasi
[#pagebreak#]
“Namun juga tidak menutup kemungkinan bagi investor-investor yang memang orientasinya tidak hanya trading saja atau mengakumulasi saham. Ada juga yang memang betul-betul mau melakukan investasi, mengharapkan pembayaran dividen juga bisa dilakukan dari posisi sekarang,” tambahnya.
Lebih lanjut, Fendi mengatakan sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang menarik untuk dicermati dalam jangka pendek. Pada saat sektor perbankan melemah, maka investor disarankan untuk melakukan buy on weakness.
Baca juga: IHSG Terbang 5%, Saham GOTO, CUAN dan PTRO Melonjak Tajam
Kemudian, pada saat posisinya menguat pada level support dan resistance, maka investor bisa melakukan sell on strength. Selain perbankan, sektor pertambangan atau mineral seperti saham-saham Antam dan sektor basic industry juga menarik untuk dikoleksi.