Rumah Sakit Ramai Pasien, Laba Bundamedik (BMHS) Melesat 60%

Rumah Sakit Ramai Pasien, Laba Bundamedik (BMHS) Melesat 60%
Bagikan:

JAKARTA, investor.id – PT Bundamedik Tbk (BMHS) atau Bundamedik Healthcare System, RS Bunda Group melaporkan kinerja tahun buku 2024. Hasilnya, laba bersih BMHS melesat sebanyak 60% dari Rp 7,4 miliar, menjadi Rp 11,9 miliar.

Pertumbuhan laba tersebut bersamaan dengan menguatnya pendapatan bersih (neto) BMHS yang berhasil membukukan kinerja sebesar Rp 1,5 triliun, naik ketimbang sebelumnya Rp 1,4 triliun.

Kinerja bisnis rumah sakit BMHS sepanjang tahun buku 2024 tercatat bergairah menyusul ramainya pasien yang menggunakan layanan bisnis perseroan mulai dari bisnis rawat inap, rawat jalan, Fertilisasi in Vitro, sampai layanan bisnis menginap di hotel.

Dari sisi bisnis rawat inap, BMHS mencetak pendapatan total Rp 560 miliar, melejit 3,7% dibanding pendapatan tahun lalu sebesar Rp 560 miliar. Rinciannya, segmen obat dan perlengkapan medis menyumbang pendapatan sebesar Rp 142 miliar, kamar rawat inap sebesar Rp 88 miliar, dan fasilitas rumah sakit sebesar Rp 56 miliar.

Sementara segmen jasa penunjang medis dan tenaga ahli menghasilkan pendapatan sebesar Rp 191 miliar, pendapatan administrasi dan lainnya sebesar Rp 45 miliar, dan kamar operasi dan bersalin sebesar Rp 35 miliar.

Baca Juga :  Emiten Babah Alun Siap Serok Saham CMNP Rp 902 Miliar

Begitu juga dengan bisnis rawat jalan yang membukukan total pendapatan sejumlah Rp 557 milar, lebih tinggi 6% secara yoy. Rinciannya, pendapatan dari bisnis rawat jalan itu dihasilkan dari segmen obat dan perlengkapan medis sebesar Rp 220 miliar, jasa penunjang medis dan tenaga ahli sebesar Rp 244 miliar, fasilitas rumah sakit sebesar Rp 44 miliar, dan pendapatan administrasi dan lainnya sebesar Rp 47 miliar.

Termasuk, kontribusi bisnis Fertilisasi in Vitro yang semula membukukan Rp 486 miliar, namun pada tahun buku 2024 bertumbuh menjadi Rp 529 miliar. Sedangkan pendapatan BMHS dari bisnis hotel terkikis menjadi Rp 5,1 miliar dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 6,4 miliar.

Paralel dengan meningkatnya pendapatan BMHS, beban pokok pendapatan pun melonjak menjadi Rp 847 miliar dari semula Rp 792 miliar. Beban paling tinggi berasal dari bisnis rumah sakit terutama dari tenaga medis dan bisnis Fertilisasi in Vitro yang mencatatkan beban sebesar Rp 205 miliar.

Baca Juga :  XLSMART Resmi Beroperasi, Targetkan Pengalaman Digital yang Lebih Baik

Jumlah ekuitas bertambah menjadi Rp 2,1 triliun daripada sebelumnya Rp 1,8 triliun dan liabilitas melejit tipis menjadi Rp 1,2 triliun, sehingga ekuitas dan liabilitas atau jumlah aset BHMS per 31 Desember 2025 mencapai Rp 3,4 triliun, lebih tinggi dari sebelumnya Rp 3 triliun.

 

Proyeksi Pertumbuhan

Sebelumnya, BMHS mengakuisisi sebanyak 8.778 (99.99%) saham milik PT Morula Indonesia (MI) di PT Medika Sejahtera Bersama (MSB) dengan nilai transaksi mencapai Rp 39 miliar. Nilai ini terdiskon 4,84% dari nilai pasar MSB yang sebesar Rp 40,98 miliar.

Merujuk pada akta pengambilan saham (APS) yang dibuat tim penilai independen, Kusnanto dan Rekan (KR), nilai transaksi yang lebih rendah dari nilai pasar saham MSB berpotensi memberikan keuntungan bagi BMHS. Belum lagi, transaksi tersebut juga akan berdampak kepada kinerja topline dan bottom line perseroan.

Dari sisi pendapatan neto dan laba bersih, kantor jasa penilai publik (KJPP) itu memproyeksikan, pendapatan neto akan tumbuh dari Rp 9,38 triliun menjadi Rp 9,42 triliun dan laba bersih naik tipis dari Rp 0,21 triliun, menjadi Rp 0,42 triliun.

Baca Juga :  Medco Berhasil Terbitkan Obligasi US$400 Juta

Adapun, laba tahun berjalan BMHS seusai transaksi itu rampung diproyeksi mencapai Rp 7,65 miliar untuk periode lima bulan yang berakhir pada 31 Desember 2024. Kemudian, laba bersih untuk tahun berikutnya yang berakhir pada 31 Desember 2025-2029 masing-masing diperkirakan sebesar Rp 21,87 miliar pada 2025, Rp 36,36 miliar pada 2026, lalu Rp 37,67 miliar pada 2027, Rp 57,69 miliar pada 2028, dan 82,47 miliar pada 2029.

“Dengan demikian, berdasarkan proyeksi laporan laba rugi komprehensif tersebut, setelah transaksi menjadi efektif, perseroan berpotensi memperoleh tambahan laba bersih periode/tahun berjalan untuk periode lima bulan yang berakhir pada 31 Desember 2024 dan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2025-2029, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perseroan pada masa yang akan datang,” jelas KR dalam keterangan tulisnya, Senin (3/2/2025).