JAKARTA, investor.id – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memastikan komitmen para investor asing dalam menanamkan modalnya untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Tanah Air. Investor yang dimaksud khususnya adalah Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) dan Huayou
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani mengungkapkan, CATL telah berkomitmen untuk mengembangkan produksi baterai sel yang kira-kira berkapasitas 6 hingga 15 Giga Watt Hour (GWH).
Sementara Huayou memastikan untuk turut serta membangun proyek investasi kendaraan listrik yang nilainya miliaran dolar Amerika Serikat. Huayou di tahap awal akan berinvestasi sekitar US$ 9 miliar. Ke depan, investasinya akan terus dikembangkan.
“Kalau dia investasi total di Indonesia, karena saya baru bertemu dengan chairman-nya, itu sudah mencapai US$ 9 miliar yang sudah investasi, yang sudah masuk ya,” ungkap Rosan saat ditemui di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Selain dua perusahaan China yang disebutkan di atas, Rosan juga mengungkapkan Federation of Korean Industries (FKI) yang menyambangi Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 28 April 2025.

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (6/5/2025). (B-Universe Photo/Bambang Ismoyo)
Pertemuan tersebut membuahkan hasil positif dengan komitmen investasi tambahan dari sejumlah perusahaan Korea Selatan di berbagai sektor strategis Indonesia, salah satunya hilirisasi nikel yang juga masuk bagian dari rantai ekosistem kendaraan listrik, khususnya untuk baterai.
Rosan mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut hadir 19 pengusaha Korea, di mana 18 diantaranya telah memiliki investasi aktif di Indonesia. Total investasi yang telah direalisasikan oleh 19 grup perusahaan tersebut mencapai hampir US$ 15,4 miliar, dengan rencana tambahan investasi sebesar US$ 1,7 miliar.
Sebagai contoh, investasi EcoPro di Morowali senilai hampir US$ 500 juta untuk produksi cathode precursor dan smelter nikel. Perusahaan lain seperti LX International berkomitmen melanjutkan investasi di sektor batu bara, nikel, dan perkebunan hingga US$ 500 juta.
Kemudian, investor Vietnam yaitu VinFast Auto Ltd juga ingin membangun infrastruktur SPKLU atau charging station di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, jumlah charging station yang akan dibangun sebanyak 3.000 unit.
“Intinya apa? Appetite untuk investasi mereka ini sangat tinggi, sangat masih tetap terjaga, sangat baik. Karena mereka melihat kita selalu melakukan yang terbaik dari segi policy, kebijakan, dan juga regulasi,” jelas Rosan.