Jakarta — PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau ANTAM mencetak laba bersih yang diatribusikan senilai Rp3,85 triliun pada 2024. Angka ini naik 25 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,08 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan manajemen, raihan laba ANTM itu ditopang pertumbuhan kinerja penjualan sebesar 68,56 persen yoy, menjadi Rp69,19 triliun.
Capaian tersebut meningkat dari Rp41,04 triliun pada 2023 dan menjadi rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan.
Adapun kontribusi pendapatan ANTM terbesar berasal dari komoditas emas, yakni Rp57,56 triliun, melonjak 120 persen yoy dibandingkan tahun sebelumnya Rp26,12 triliun. Lonjakan ini didorong oleh harga emas dunia yang meningkat serta meningkatnya permintaan dalam negeri.
Baca juga: Harga Emas Antam Mulai Merangkak Naik, Beli 1 Gram Jadi Segini
Volume penjualan emas juga mencetak rekor tertinggi, yakni 43.776 kg (1.407.431 troy oz.), tumbuh 68 persen dari 26.129 kg (840.067 troy oz.) pada tahun sebelumnya. Seluruh penjualan emas ditujukan untuk pasar domestik.
Kinerja Segmen Nikel dan Bauksit
Selain emas, segmen nikel juga memberikan kontribusi penting sebesar Rp9,50 triliun atau 14 persen dari total pendapatan, meskipun menghadapi tantangan pasar dan hambatan perizinan.
Volume produksi feronikel mencapai 20.103 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan penjualan 19.452 TNi ke pasar ekspor, seperti Tiongkok, India, dan Korea Selatan.
Sementara itu, produksi bijih nikel mencapai 9,94 juta wet metric ton (wmt), dengan penjualan 8,35 juta wmt yang seluruhnya ditujukan ke pasar domestik, baik ke smelter ANTAM sendiri maupun pihak ketiga.
Baca juga: Harga Emas Antam Makin Merosot, Sekarang Dibanderol Segini per Gramnya
Adapun pendapatan dari segmen bauksit dan alumina mencapai Rp1,80 triliun, naik 7 persen dari Rp1,69 triliun pada tahun sebelumnya. ANTAM memproduksi 1,33 juta wmt bauksit dan menjual 736 ribu wmt.
Tantangan perizinan dan belum optimalnya hilirisasi menjadi faktor pembatas pertumbuhan di sektor ini.
Untuk alumina, melalui anak usaha PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), produksi mencapai 147.826 ton, dengan penjualan 177.178 ton—naik 24 persen dari tahun sebelumnya.
EBITDA dan Efisiensi Dorong Kinerja Keuangan
Sejalan dengan peningkatan laba, ANTAM juga mencatat pertumbuhan EBITDA sebesar 3 persen menjadi Rp6,73 triliun dari sebelumnya Rp6,55 triliun.
Laba kotor naik 3 persen menjadi Rp6,50 triliun, sedangkan laba usaha meningkat 15 persen menjadi Rp3,00 triliun dari Rp2,62 triliun pada 2023.
Baca juga: Tarif Trump 32 Persen Hantam RI, Rupiah Terancam Tembus Rp17.000
Efisiensi operasional turut menopang kinerja. Beban usaha turun 5 persen menjadi Rp3,50 triliun, dipengaruhi oleh penurunan biaya logistik dan asuransi seiring kendala perizinan yang memengaruhi penjualan nikel dan bauksit.
Neraca Sehat dan Strategi Berkelanjutan
Dari sisi neraca, total aset ANTAM meningkat 4 persen menjadi Rp44,52 triliun, sementara ekuitas tumbuh menjadi Rp32,20 triliun.
Pada akhir 2024, perusahaan juga melunasi investasi sebesar Rp1,68 triliun, membuka ruang tambahan untuk ekspansi bisnis ke depan.
Baca juga: Antam Masuk Ekosistem Pasar Fisik Emas Digital, Ini Tanggapan ICDX dan Bappebti
Direktur Utama ANTAM Nicolas D. Kanter menyampaikan, pencapaian ini merupakan hasil dari ketangguhan dan strategi manajemen dalam merespons tantangan pasar serta upaya optimalisasi kinerja operasional secara berkelanjutan.
“ANTAM berhasil menunjukkan daya saing dan resiliensi tinggi di tengah fluktuasi harga komoditas serta perubahan regulasi. Kami tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan mencetak kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan,” pungkasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
The post ANTAM Cetak Rekor! Laba Bersih 2024 Tembus Rp3,85 Triliun appeared first on Infobanknews.