JAKARTA, investor.id – PT Teladan Prima Agro Tbk (TLDN) berencana melanjutkan ekspansi setelah menuntaskan akuisisi perusahaan sawit, PT Cipta Davia Mandiri (CMD), sebagai strategi pertumbuhan anorganik perseroan pada tahun ini.
Head of Corporate Finance & Strategy TLDN Wasisto Budi Sulistio mengatakan, perseroan terus melihat aset-aset potensial untuk menambah lahan tertanam dan memperbesar pertumbuhan perusahaan ke depan. “Jadi, memang salah satu strategi perseroan adalah melakukan ekspansi melalui pertumbuhan anorganik yaitu mengakuisisi perusahaan kelapa sawit,” jelas Wasis dalam paparan publik dikutip, Minggu (27/4/2024).
Sementara akuisisi CDM yang kini masih berlangsung ditandai dengan penandatanganan perjanjian bersyarat (Conditional Sale & Purchase Agreement/CSPA), kata Wasis, merupakan langkah awal untuk akuisisi-akuisisi berikutnya. Perseroan akan menggunakan seluruh dana hasil penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) saham untuk menuntaskan akuisisi tersebut.
Khusus tahun ini, emiten sawit bersandi saham TLDN tersebut mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 500 miliar yang akan digunakan untuk menuntaskan akuisisi perusahaan kelapa sawit, kemudian pembangunan Kernel Crushing Plant (KCP) dan Biogas Power Plant (BPP) kedua di Kalimantan Timur, setelah pembangunan yang pertama tuntas pada November tahun lalu. Tidak ketinggalan, Wasis menyebut, capex TLDN tahun ini juga dibelanjakan untuk pemeliharaan infrastruktur.
Dari sisi produksi dan target pendapatan, TLDN mengekspektasikan pertumbuhan sekitar 5-10% dibandingkan tahun lalu yang akan didorong oleh kondisi perkebunan sawit yang terjaga baik dan harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) yang diprediksi bergerak stabil pada tahun ini.
Direktur Pemasaran dan Komersial TLDN Santos Ibrahim memproyeksikan, harga jual CPO dan Palm Kernel Oil (PKO) pada tahun ini akan mengalami apresiasi. “Setelah kami melihat kondisi market di kuartal I-2025, kami menikmati harga CPO dan PKO yang tinggi karena kebutuhan dan kebijakan pemerintah mengenai B40 dan B50. Namun, memasuki kuartal II-2025 seiring dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang agresif menaikkan tarif, akan sedikit memberikan guncangan pada harga CPO.
“Jadi, untuk kuartal II-2025 kami memperkirakan harga CPO berkisar di US$ 13.000 sampai US$ 3.500 per ton untuk kuartal II tahun ini. Refleksi harga untuk 2025 masih baik bagi industri makanan dan energi. Itulah kenapa, perseroan melihat kesempatan untuk tumbuh sekitar 5-10% terbuka pada tahun ini,” ujar Santos.
Dampak Tarif Trump
Menyambung hal tersebut, Wasisto menuturkan, keyakinan TLDN mencetak pertumbuhan pada tahun ini merujuk pada data statistik ekspor CPO atau minyak nabati Indonesia ke AS pada 2024 yang jumlahnya tidak signifikan layaknya ekspor CPO dan minyak nabati Indonesia ke negara-negara lain seperti China, India, dan negara-negara Asia Tengah lainnya.
Terlepas dari itu, Wasisto berpendapat, kebijakan kenaikan tarif impor yang dirilis Trump pastinya memiliki dampak terhadap perekonomian Indonesia. Jika hal ini terus dibiarkan sampai-sampai mengganggu ekspor dalam negeri ke AS tentu bakal menyebabkan defisit perdagangan kian melebar. Buntutnya, perekonomian dalam negeri mungkin akan terkoreksi.
“Tapi, kami tetap optimistis penjualan produk kelapa sawit kami tidak akan langsung terganggu oleh gejolak global karena mayoritas atau hampir 100% dari produk kelapa sawit kami, tidak dijual ke luar negeri. Tidak ada penjualan ekspor tapi penjualan dalam negeri,” tegas Wasisto.
Ditambah lagi, dirinya menggarisbawahi, berbagai regulasi dan program-program pemerintah sangat mendukung industri kelapa sawit terutama biodiesel dan industrialisasi kelapa sawit. Karenanya, sekalipun kebijakan pemerintah AS akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia, tapi perseroan justru melihat akan munculnya dampak positif dari kebijakan yang diambil pemerintah.
Tercermin, dari realisasi produksi CPO dan PKO perseroan sepanjang kuartal I-2025 yang secara keseluruhan bertumbuh cukup baik ketimbang realisasi produksi pada periode sama tahun lalu. Sedangkan, menyangkut penurunan realisasi produksi palm kernel pada 2024 dibandingkan 2023 sebagian besar disebabkan oleh koreksi pasokan tandan buah segar (TBS) dari pihak ketiga.
“Akan tetapi, produksi TBS dari kebun inti dan plasma TLDN mengalami peningkatan, sehingga jumlah TBS yang diproses lebih rendah daripada 2023. Terbukti, oil extraction rate atau OER pada 2024 lebih tinggi dibandingkan 2023,” tutup pria yang biasa disapa Wasis tersebut.