Tebar Hal Positif Saat Krisis, Astronacci Buktikan IHSG Berbalik Arah

Bagikan:

JAKARTA, investor.id – Drama pasar modal Indonesia pasca-Lebaran masih hangat diperbincangkan. Pada Selasa (8/4/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok 9,19% hingga menyentuh level 5.912, mencatatkan penurunan harian terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan terpaksa melakukan trading halt pada pukul 09.00 WIB karena tekanan jual yang luar biasa. Kepanikan melanda, ribuan trader cut loss, dan mayoritas analis memproyeksikan IHSG akan terus longsor.

Namun, di tengah badai ketakutan itu, satu prediksi justru berdiri tegak. Gema Goeyardi, Founder dan CEO Astronacci telah menyampaikan dalam prediksi pada 7 April 2025 bahwa IHSG segera rebound dan ditutup dengan candlestick hijau. Sebuah klaim yang dianggap terlalu optimistis saat itu. Tapi kenyataannya, prediksi tersebut terbukti.

Baca jugaIHSG Meroket, 5 Saham Bikin Investor Panen Cuan 

“IHSG tidak hanya rebound pada 8 April, tetapi terus melanjutkan penguatan hingga 10 April 2025, mencatatkan kenaikan lebih dari 7% dalam 3 hari berturut-turut! Sesuai dengan prediksi yang telah diungkapkan oleh Astronacci International, bahwa di saat ada penurunan itu menjadi peluang untuk rebound,” papar Gema Goeyardi dalam keterangan tertulis, Kamis (10/4/2025).

Baca Juga :  Anjlok Lagi! Harga Emas Antam Sekarang Cuma Segini per Gram
Gema Goeyardi, Founder dan CEO Astronacci.

Dalam analisanya, Gema Goeyardi yang telah lebih dari 20 tahun menekuni dunia finansial dan investasi menyebutkan, kondisi terlihat sangat berat pada saat itu (pembukaan setelah libur Lebaran).

“Namun berdasarkan metode time trading dan siklus teknikal yang kami analisis, ini adalah area pembalikan. Kami tidak bicara berdasarkan ketakutan, tapi berdasarkan waktu dan probabilitas yang terukur. Bahwa di saat market jatuh, kita harus bisa melihat peluang kenaikan yang bisa terukur,” ungkap Gema.

Baca jugaIHSG Jeblok, Astronacci: Peluang Tambah Muatan di Saat Panik 

Apalagi Gema yang telah melewati beberapa kali krisis mulai 2008, Covid 2020 hingga awal 2025 ini tetap optimistis akan ada perbaikan di saat kondisi pasar kurang menentu.

Tips untuk Trader

[#pagebreak#]

Tidak dapat dipungkiri, kondisi market masih menimbulkan kepanikan di tengah para investor. Meski demikian Gema Goeyargi kembali menegaskan bahwa situasi seperti ini seharusnya tidak dihadapi dengan emosi. Ketika IHSG anjlok dan trader panik melakukan aksi jual, mereka justru kehilangan peluang emas.

Baca Juga :  Lanjut Melemah, IHSG Ditutup Hampir 1% Tembus Level 7.046

Trader yang punya strategi, justru siap saat momen seperti ini datang. Kuncinya adalah disiplin, bukan panik,” kata dia.

Gema membagikan 3 tips penting untuk menghadapi situasi pasar yang ekstrem, yakni disiplin pada trading plan dan jangan terpancing euforia maupun ketakutan; manfaatkan momen panic selling untuk screening saham-saham berkualitas di harga murah; dan gunakan pendekatan time trading untuk tahu kapan waktu yang tepat masuk dan keluar.

Baca jugaPenundaan Tarif Trump Bikin IHSG Ceria 

Selain itu, dia juga menyebut metode time trading Astronacci bukan sekadar prediksi, namun menyusun strategi waktu yang terbukti. Kenaikan IHSG selama 3 hari terakhir jadi bukti nyata bahwa pendekatan time trading Astronacci bukan hanya teori. Saat mayoritas pelaku pasar ragu dan takut. Gema Goeyardi melalui komunitas A-CLUB justru mendapatkan panduan yang akurat dan membantu mereka mengambil keputusan terbaik.   

Baca Juga :  Saham PTBA Kena Rekomendasi Jual, Khawatir Turun ke Sini

“Kami bantu trader tetap waras dan bisa melihat peluang saat orang lain panik. Karena memang pasar bergerak mengikuti waktu, bukan opini,” jelas dia.

Adapun mengenai target penguatan IHSG, jelas dia, IHSG berpeluang untuk menutup gap teknikal di level 6.417 serta menguji resistance berikutnya di 6.908, selama harga tetap bertahan di atas area demand 5.800–5.880. Penguatan ini didukung oleh terbentuknya pola pembalikan arah descending broadening wedge serta konfirmasi multiple bullish divergence.