Rupiah vs Dolar AS Hari Ini, Jumat 11 April 2025

Follback_berita
Bagikan:

JAKARTA, investor.id – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat lagi pada Jumat sore (11/4/2025). Hal itu karena meningkatnya kekhawatiran atas resesi AS.

Mata uang rupiah ditutup naik sebesar 27,5 poin (0,16%) berada di level Rp 16.795,5 per dolar AS. Sedangkan indeks dolar terlihat turun 1,23% menjadi 99,6. Nilai tukar rupiah sempat ditutup menguat 49,5 poin (0,29%) berada di level Rp 16.823 per dolar AS pada Kamis (10/4/2025).

Baca juga: Rupiah Berpotensi Menguat dengan Dolar Anjlok ke Level Terendah

Analis mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS terpukul oleh meningkatnya kekhawatiran atas resesi AS, terutama karena Washington dan Beijing saling mengenakan tarif yang sangat besar. Presiden Donald Trump pada hari Kamis menaikkan tarif terhadap China hingga 145% yang belum pernah terjadi sebelumnya, sementara tarif China sebesar 84% terhadap AS juga mulai berlaku.

Para pedagang khawatir atas dampak dari serentetan tarif, mengingat AS masih mengimpor beberapa bahan yang sulit digantikan dari China. “Meskipun Trump menunda rencana tarif perdagangan timbal balik terhadap negara lain selama 90 hari, perang dagang dengan China masih berpotensi menimbulkan implikasi yang mengerikan bagi importir dan eksportir Amerika,” ungkap Ibrahim, Jumat (11/4/2025).

Baca Juga :  Kemenkeu Kantongi Rp1,21 T dari Kripto, Tahun 2024 Jadi Penyumbang Terbesar

Ibrahim menambahkan, dolar juga terpukul oleh data inflasi konsumen yang lebih rendah dari perkiraan untuk Maret, yang mendorong beberapa taruhan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lebih cepat, terutama di tengah meningkatnya tekanan ekonomi dari perang dagang.

Baca juga: Rupiah vs Dolar AS Hari Ini, Ditopang Kekhawatiran Prospek Ekonomi Meningkat

“Namun, bank sentral telah mengambil sikap yang sangat hati-hati atas kebijakan Trump. Penurunan harga Treasury AS yang berkelanjutan, di tengah keraguan atas ekonomi AS di bawah Trump, juga menambah tekanan pada dolar,” jelas Ibrahim.

Selain itu, lanjut dia, China secara luas diperkirakan akan membiarkan mata uangnya melemah lebih jauh dalam beberapa minggu mendatang, mengingat yuan yang lebih murah membuat ekspor China lebih menarik. Langkah ini diharapkan dapat membantu mengimbangi beberapa hambatan dari perang dagang yang sengit dengan AS.

Baca Juga :  OJK Catat Aset 253 Lembaga Keuangan Mikro Tembus Rp1,64 T

Sentimen Internal

[#pagebreak#]

Ibrahim menambahkan, sedangkan sentimen internal datag dari Pemerintah yang menyoroti penundaan tarif resiprokal yang diperintahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini menjadi momentum tepat bagi Indonesia dan negara lain untuk melanjutkan negosiasi atas kenaikan tarif impor tersebut.

“Selain itu, kebijakan ini juga menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi Indonesia. Pasalnya, kebijakan baru ini akan mengancam stabilitas dagang Indonesia dan ASEAN yang telah lama menjunjung tinggi prinsip perdagangan bebas dan terbuka,” papar Ibrahim.

Adapun, ASEAN merupakan pasar ekspor terbesar kelima bagi produk pertanian Amerika Serikat. Dengan total nilai perdagangan barang mencapai US$306 miliar pada tahun 2024. Indonesia sendiri menyumbang US$14,34 miliar terhadap defisit perdagangan Amerika Serikat.

Baca juga: Rupiah vs Dolar AS Hari Ini, Kamis 10 April 2025

Baca Juga :  Mungkinkah Cryptocurrency Sebagai Dasar Mata Uang BRICS?

Kendati demikian, Ibrahim menabahkan, Indonesia memiliki mitra dagang yang strategis dengan beberapa negara. Terdapat enam perjanjian perdagangan yang sedang diupayakan untuk selesai yakni diantaranya, Indonesia-Canada CEPA, Indonesia-Peru CEPA, Indonesia-EU CEPA, Iran PTA, dan protokol amandemen Indonesia-Jepang (IJEPA) dan Trade & Investment Framework Agreement (TIFA) antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS).

Diharapkan, mitra ini akan bisa meningkatkan pasar ekspor Indonesia melalui penyelesaian beberapa perjanjian perdagangan bebas (FTA). “Ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Indonesia untuk memperluas akses pasar, meningkatkan ketahanan dagang, dan membuka lapangan kerja baru,” jelasnya.

Sedangkan untuk perdagangan senin depan, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah fluktuatif. “Namun, rupiah ditutup menguat direntang Rp 16.740 – 16.800,” tutup Ibrahim.