Rupiah Hari Ini Bergerak Seiring Pernyataan Hawkish The Fed

Rupiah Hari Ini Bergerak Seiring Pernyataan Hawkish The Fed
Bagikan:

JAKARTA, investor.id – Nilai tukar rupiah hari ini bergerak seiring pernyataan hawkish The Federal Reserve (The Fed). Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan ada kemungkinan nilai tukar rupiah melemah usai pernyataan bernada lebih hawkish dari perkiraan dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS (Amerika Serikat) setelah dalam pertemuan FOMC, The Fed bernada sedikit lebih hawkish dari perkiraan dan mempertahankan suku bunga,” jelas Lukman Leong dalam catatan Kamis.

Nilai tukar rupiah hari ini dalam posisi masih menguat terhadap dolar AS dengan kenaikan kurs 53 poin (0,32%) ke posisi Rp 16.483, menurut data Bloomberg yang diakses Kamis pukul 12.50 WIB.

Sesuai perkiraan, The Fed mempertahankan suku bunga acuan AS dalam kisaran 4,25%-4,5%. Melansir dari Anadolu Agency, suku bunga dipertahankan karena FOMC berupaya mencapai lapangan kerja maksimal dan inflasi pada tingkat 2% dalam jangka panjang seiring ketidakpastian tentang prospek ekonomi telah meningkat lebih jauh.

Baca Juga :  OJK & Satgas PASTI Soft Launching Indonesia Anti-Scam Center

Jika terdapat risiko yang menghambat tujuan tersebut, FOMC disebut akan siap menyesuaikan sikap kebijakan moneter sebagaimana mestinya.

“The Fed masih enggan menurunkan suku bunga karena memandang meningkatnya risiko ekonomi dari meningkatnya inflasi dan pengangguran,” tutur Lukman.

Sebelumnya, kritik berulang disampaikan Presiden AS Donald Trump terhadap Gubernur The Fed Jerome Powell yang menganggap gagal bertindak cepat saat risiko ekonomi meningkat. Karena itu, Trump menuntut The Fed agar bisa memangkas suku bunga agar tak menghambat ekonomi AS.

Kendati The Fed bersikap lebih hawkish, harapan perundingan tarif antara China dengan AS bisa membatasi pelemahan kurs rupiah.

“Memang perkembangan seputar tarif agak membingungkan. Secara jangka pendek akan menguatkan dolar karena ekonomi AS bisa terhindar dari resesi, sehingga mata uang EM (emerging market) tertekan,” ujar dia.

Baca Juga :  Bank Gencar Digitalisasi, OJK: Pentingnya Perlindungan Data

“Namun secara umum, akan positif bagi mata uang EM jangka panjang karena eksposur besar pada perdagangan internasional, dan juga akan meningkatkan sentimen risk on di pasar yang cenderung positif bagi mata-mata uang beresiko,” terang Lukman.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Lukman menakar kurs rupiah diprediksi berkisar Rp 16.450-16.660 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Kamis pagi di Jakarta melemah sebesar 10 poin atau 0,06% ke level Rp 16.546 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.536 per dolar AS.