JAKARTA, investor.id – Ancaman perang tarif yang diinisasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membawa dampak yang signifikan bagi perekonomian dunia. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap harga emas.
Salah satu hal yang menjadi perhatian para pelaku pasar adalah arah suku bunga acuan AS.
Chief Economist Sucor Sekuritas Indonesia Ahmad MIkail Zaini menjelaskan bahwa ia melihat The Fed akan menurunkan suku bunga acuan lebih sering dibandingkan ekspektasi pasar. Menurutnya, penurunan suku bunga acuan The Fed akan didorong oleh rendahnya harga barang rata-rata global.
“Kami sangat percaya bahwa The Fed pasti akan memangkas tingkat suku bunga mungkin akan sekitar empat kali atau lima kali tahun ini,” ucap Ahmad kepada B-Universe secara daring, Selasa (15/4/2025).
Lebih lanjut, Ahmad menjelaskan bahwa selain memangkas suku bunga acuan, ada kemungkinan bahwa The Fed akan membeli surat utang AS yang kurang diminati. Sebab, saat ini China berencana untuk melepas kepemilikan suat utang AS. Sementara, saat ini China memegang posisi sebagai pemilik surat utang terbesar nomor dua di pasar obligasi AS.
“Nah kalau tidak ada pembeli surat hutang di Amerika, maka The Fed yang akan membeli. Jadi tidak hanya potong suku bunga tahun ini, The Fed bisa jadi melakukan QE, atau qualitative easing, dengan dia membeli surat hutang Amerika yang nggak laku,” sebut Ahmad.
Harga Emas
Jika hal tersebut terjadi, sambungnya, maka harga emas dunia bisa meroket. “Harga emas bisa naik lebih tinggi dari prediksi saya sebesar US$ 4.000 per ons,” katanya.
“Nah ini bisa sekitar US$ 4.700 atau US$ 5.000. Nah problemnya adalah, kalau tadi, kalau emas sampai dengan titik di mana orang merasa ini sudah menjadi harga psikologis, di mana harga emas sudah naik terlalu irasional, ini bisa terjadi short squeeze di pasar emas dunia. Nah ini yang dikhawatirkan. Ketika emas mengalami short squeeze artinya dolar itu dibuang di seluruh dunia,” imbuhnya.
“Orang akhirnya kembali kepada gold standard. Nah ini yang harus benar-benar diperhatikan oleh Donald Trump. Donald Trump harus bermain cantik, The Fed juga harus bermain cantik, untuk menjaga stabilitas dunia, dan juga equilibrium harga emas, dan juga dolar sebagai safe haven currency,” pungkasnya.
Adapun harga emas yang diramal bisa mencapai US$ 4.700 sampai US$ 5.000 tentu bikin syok. Pasalnya, Goldman Sachs memperkirakan harga emas tembus US$ 4.000.
Analis Goldman, termasuk Lina Thomas, kini melihat emas akan menguat hingga level US$ 3.700 per ons pada akhir tahun ini. Harga ditetapkan mencapai US$ 4.000 per ons pada pertengahan 2026.