JAKARTA, investor.id – PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) mencatatkan kinerja inti yang stabil pada kuartal I-2025 di tengah tekanan monetisasi. Muncul ramalan baru saham TLKM.
Telkom membukukan pendapatan Rp 36,6 triliun pada kuartal I-2025, turun 2,9% qoq atau terkoreksi 2,1% yoy. Hal itu sejalan dengan ekspektasi, dimana pertumbuhan IndiHome mampu mengimbangi penurunan pada layanan seluler dan legacy.
Adapun jumlah pelanggan Telkom tetap sebesar 158,8 juta, dengan pergeseran strategi ke pengguna berkualitas lebih tinggi. ARPU seluler mengalami penurunan menjadi Rp 42.400 (-4,5% qoq) dan IndiHome di Rp 223.800 (-5,6% qoq). “Ini akibat kompetisi yang ketat dan tekanan ekonomi makro,” tulis analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Daniel Widjaja dan Wilbert Arifin dalam risetnya.
Namun, peningkatan trafik data (5,5% qoq) dan ekspansi BTS (2,5% qoq) mencerminkan permintaan digital yang berkelanjutan dan kesiapan jaringan. Margin EBITDA naik menjadi 49,8%, sedangkan laba bersih emiten berkode saham TLKM tersebut mencapai Rp 5,8 triliun atau turun 4% yoy.
“Laba bersih TLKM ditopang oleh keuntungan non-inti, yang memberikan landasan bagi potensi pemulihan pada semester II-2025,” sebut Daniel.
Outlook TLKM pada semester II tahun ini diperkirakan tetap tangguh dengan adanya strategi pemulihan. Perseroan kembali menegaskan panduan tahun 2025 yang menargetkan pertumbuhan pendapatan satu digit rendah, margin EBITDA sebesar 50-52%, dan rasio belanja modal terhadap penjualan sebesar 17-19%.
“Meskipun kuartal I-2025 melemah, manajemen TLKM optimistis akan ada perbaikan di paruh kedua tahun ini, terutama dari Telkomsel, yang didorong oleh pertumbuhan trafik data dan upaya perbaikan pasar seperti kenaikan harga starter pack dan penyederhanaan produk,” ungkap dia.
Rekomendasi dan Target Harga Saham
Dari sisi biaya, TLKM mencatat penurunan opex secara tahunan, didukung oleh pengeluaran operasi dan pemeliharaan yang disiplin serta efisiensi operasional. Biaya tenaga kerja naik sedikit, karena perubahan regulasi pajak penghasilan karyawan, meskipun jumlah pegawai menurun.
Aktivitas belanja modal TLKM melambat pada kuartal I-2025 karena musim libur, tetapi tetap fokus pada ekspansi jaringan dan penguatan layanan digital. Investasi tersebut diharapkan memperkuat infrastruktur TLKM dan mendukung monetisasi di segmen B2B maupun B2C dalam beberapa kuartal ke depan.
Dengan berbagai pertimbangan, Mirae Asset Sekuritas menurunkan rating saham TLKM menjadi trading buy. Target harga baru saham TLKM dipatok sebesar Rp 3.200, yang mencerminkan valuasi EV/EBITDA 2025 sebesar 4,6 kali.
Penurunan target harga mencerminkan revisi turun proyeksi laba TLKM pada 2025 dan 2026 masing-masing sebesar 10,7% dan 12,3%, karena tantangan ekonomi makro dan daya beli yang lemah.
Meski begitu, Mirae Asset Sekuritas tetap optimistis terhadap inisiatif TLKM di bidang AI dan pusat data sebagai pendorong pertumbuhan. Risiko utamanya jika pertumbuhan ARPU melemah, perlambatan ekonomi berkepanjangan, serta tantangan dalam mengeksekusi belanja modal.