JAKARTA, investor.id – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup turun tipis pada Kamis sore (24/4/2025). Hal itu karena Presiden AS Donald Trump mengemukakan prospek pengurangan bea perdagangan yang tinggi terhadap China.
Mata uang rupiah ditutup turun tipis 1 poin (0,01%) berada di level Rp 16.872,5 per dolar AS. Sedangkan indeks dolar terlihat turun 0,49% menjadi 99,35. Nilai tukar rupiah sempat ditutup tergelincir 12 poin (0,07%) berada di level Rp 16.871,5 per dolar AS pada Rabu (23/4/2025).
Analis mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, namun, kurangnya kejelasan tentang komentar Trump, ditambah dengan pernyataan yang kurang optimistis dari pejabat lain. “Di tengah meningkatnya ketidakpastian atas ekonomi AS dan perang dagang yang sengit antara Washington dan Beijing,” ungkap Ibrahim, Kamis (24/4/2025).
Trump mengatakan minggu ini bahwa ia akhirnya dapat menurunkan tarifnya yang tinggi, 145% terhadap China. Namun, ia mengatakan bahwa langkah tersebut akan bergantung pada China yang datang ke meja perundingan, sebuah skenario yang tidak begitu diminati Beijing untuk dilaksanakan. China membalas dengan tarif 125% terhadap AS, dan hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda akan mundur.
Komentar dari anggota pemerintahan Trump lainnya juga merusak optimisme atas deeskalasi AS-China. Menteri Keuangan Scott Bessent memperingatkan bahwa pembicaraan perdagangan dengan China bisa jadi sulit, dan bahwa AS kemungkinan perlu memangkas tarif terlebih dahulu sebelum terlibat dengan Beijing.
“Para pedagang tetap waspada atas potensi dampak tarif Trump, bahkan ketika sebuah laporan menunjukkan bahwa ia dapat menawarkan beberapa pengecualian kepada para produsen mobil,” papar Ibrahim.
Selain itu, lanjut Ibrahim, adanya ketegangan dalam diskusi gencatan senjata yang ditengahi AS atas Rusia dan Ukraina, terutama ketika Moskow meluncurkan serangan pesawat nirawak dan rudal yang mematikan di Kyiv pada hari Rabu. Hal ini terjadi ketika Trump mengecam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atas keberatannya terhadap pendudukan Rusia di Krimea pada tahun 2014.
Wakil Presiden Trump, JD Vance, memperingatkan bahwa AS dapat keluar dari perundingan gencatan senjata, sementara beberapa pejabat tinggi AS menarik diri dari perundingan gencatan senjata di London minggu ini.
Sentimen Internal
Sedangkan sentimen internal, Ibrahim menyebut, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,7% pada 2025 dan 2026. Angka ini menurun dari proyeksi pada Januari 2025 yaitu sebesar 5,1%. Proyeksi ini tertuang dalam laporan World Economic Outlook edisi April 2025 yang menganalisa dampak penyesuaian tarif Amerika Serikat.
Angka proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berbeda jauh dari negara Asia berkembang lainnya. Malaysia, misalnya, diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,1% pada 2025 dan 3,8% pada 2026. Kemudian Vietnam diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 5,2% pada 2025 dan 4,0% pada 2026.
Sementara itu, tambahnya, ekonomi China diprediksi tumbuh sebesar 4% pada 2025 dan 2026. Tidak hanya Indonesia, penerapan tarif resiprokal AS juga berdampak secara global. Pertumbuhan ekonomi global pada 2025 diprediksi turun menjadi 2,8% dari proyeksi Januari 2025 yaitu 3,3% “Selain peningkatan tarif, meningkatnya ketidakpastian kebijakan juga memiliki peran besar dalam proyeksi ekonomi. Jika terus berlanjut, meningkatnya tensi perdagangan dan ketidakpastian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan,” jelas Ibrahim.
Sedangkan, lanjut Ibrahim, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5%. Sampai dengan Kuartal I 2025 ekonomi tergolong bagus. Tapi ke depan, dinamika-dinamika itu perlu diantisipasi lebih baik. Oleh karena itu, BI berkomitmen memperkuat dan menyempurnakan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial.
“Sedangkan untuk perdagangan Jumat (25/4/2025), mata uang rupiah fluktuatif. Namun, rupiah ditutup melemah direntang Rp 16.870-16.930,” tutup Ibrahim.



