Nilai Tukar Rupiah Terdongkrak Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed

Nilai Tukar Rupiah Terdongkrak Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed
Bagikan:

JAKARTA, investor.id – Nilai tukar rupiah hari ini terdongkrak harapan pasar untuk penurunan suku bunga The Federal Rerseve (The Fed). Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menyatakan hal ini masih menjadi sentimen nilai tukar rupiah hingga pertemuan The Fed untuk Juni 2025.

“Rupiah hari ini berpeluang menguat di level Rp 16.875-16.800 (per dolar AS), yang dipengaruhi oleh sentimen global, yaitu meningkatnya harapan penurunan suku bunga The Fed pada Juni,” paparnya dalam catatan Jumat (25/4/2025).

Kurs rupiah hari ini dalam posisi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan nilai tukar rupiah naik 34 poin (0,20%) ke posisi Rp 16.838,5, menurut data Bloomberg yang diakses Jumat (25/4/2025) pukul 13.00 WIB.

Rencana menurunkan suku bunga didasari keinginan The Fed untuk menjadi inflasi dan menekan tingkat unemployment AS. Saat ini, kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump disebut telah memengaruhi proses produksi pabrik terkait kelangkaan bahan baku dan mengancam pemutusan hubungan kerja (PHK).

Baca Juga :  SGMW Multifinance Indonesia Raih Kredit Hijau Rp300 Miliar

Di sisi lain, Rully mengatakan nilai tukar rupiah dianggap sudah under value terhadap fundamentalnya. Dengan demikian, masih ada ruang penguatan untuk kurs ini seiring penguatan mata uang regional saat ini.

“Mata uang regional mengalami tren penguatan terhadap dolar karena indeks dolar sudah turun 9% dari level tertingginya, dan saat ini berada di bawah 100 yang mengindikasikan investor mulai risk on pada asset emerging,” tutur Rully.

Kendati diprediksi menguat, kurs rupiah masih dihantui ketidakpastian kebijakan tarif AS terhadap China yang masih mempengaruhi pasar.

Trump mengemukakan prospek pengurangan bea perdagangan yang tinggi terhadap China. Namun, pernyataan tersebut belum terlalu jelas, ditambah komentar kurang optimis dari pejabat lain yang membuat rencana dialog antara kedua negara tersebut belum terjadi.

“Walaupun Trump sudah berencana akan menurunkan tarif 145% terhadap China. Tetapi langkah tersebut tergantung dari Negeri Tirai Bambu yang diharapkan datang langsung ke meja perundingan. Di sisi lain, China tak berminat untuk mengikuti saran yang disampaikan oleh AS, sehingga perang tarif terhadap AS masih tetap berlanjut dan hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda akan selesai,” jelasnya

Baca Juga :  Sedih! Sri Mulyani Ungkap Bukti SDM RI Kalah Saing di Global

Komentar dari anggota pemerintahan Trump lainnya juga merusak optimisme atas de-eskalasi AS dengan China. Menteri Keuangan AS Scott Bessent disebut memperingatkan pembicaraan perdagangan dengan China bisa menjadi sulit. Pemerintah AS pun kemungkinan perlu memangkas tarif terlebih dahulu sebelum terlibat dengan pemerintah China.

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Jumat pagi di Jakarta menguat sebesar 58 poin atau 0,34% ke level Rp 16.815 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.873 per dolar AS.