Nilai Tukar Rupiah Hari Ini, Selasa 29 April 2025: Menguat

Nilai Tukar Rupiah Terdongkrak Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed
Bagikan:

JAKARTA, investor.id – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada Selasa pagi (29/4/2025). Hal itu karena ketidakpastian arah negosiasi perang dagang antara AS dan China.

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.03 WIB di pasar spot exchange, Rupiah hari ini menguat 47,5 poin (0,28%) ke level Rp 16.808 per dolar AS. Sedangkan pada perdagangan Senin (28/4/2025), mata uang rupiah sempat ditutup melemah 26 poin (0,15%) berada di level Rp 16.855,5 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,16 poin menjadi 99,16. Sedangkan imbal hasil obligasi AS 10 tahun terlihat turun 4 poin di level 4,21%.

Dikutip dari Reuters, nilai tukar dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang, seiring ketidakpastian arah negosiasi perang dagang antara AS dan China yang masih berlanjut. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa kini beban untuk memulai negosiasi ada di pihak China.

Baca Juga :  OJK Update Rencana IPO Bank DKI, Bank Sumut, hingga Bank Muamalat

Dalam sebuah wawancara pada Senin (28/4/2025), Bessent menyatakan bahwa China harus mengambil langkah untuk meredakan ketegangan tarif. Pernyataan ini menjadi bagian dari rangkaian sinyal yang saling bertentangan mengenai kemajuan negosiasi dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.

Sementara Presiden AS Donald Trump bersikeras ada kemajuan dan mengaku telah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping. Namun, Beijing membantah klaim tersebut. Kebingungan ini mendorong para investor untuk melepas dolar AS, yang sebelumnya jatuh tajam terhadap mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss.

Pada perdagangan terbaru, dolar AS naik tipis 0,11% ke level 142,19 yen, setelah anjlok 1,2% pada sesi sebelumnya. Dolar juga menguat 0,18% terhadap franc Swiss menjadi 0,8217, setelah turun 0,8% pada hari sebelumnya.

Sentimen pasar sedikit membaik setelah muncul kabar bahwa pemerintahan Trump akan berupaya mengurangi dampak tarif otomotif mulai Selasa ini.

“Melihat sinyal yang bertentangan, saya rasa tercapainya kesepakatan dalam waktu dekat sangat kecil kemungkinannya. China tampaknya bersiap untuk menghadapi perang dagang jangka panjang,” ujar Carol Kong, ahli strategi valuta asing di Commonwealth Bank of Australia (CBA).

Baca Juga :  Tips Jitu Kelola Keuangan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Sikap Melunak

Meski belum ada bukti nyata adanya kemajuan dalam negosiasi, kedua negara dalam beberapa hari terakhir menunjukkan sikap yang lebih lunak. Pemerintahan Trump membuka peluang untuk menurunkan tarif, sementara China memberikan pengecualian tarif atas beberapa produk impor AS.

Di sisi lain, euro melemah 0,15% menjadi US$1,1404. Namun, mata uang Eropa ini tetap mencatatkan kenaikan bulanan terbesar terhadap dolar dalam hampir 15 tahun, seiring pelarian investor dari aset-aset AS ke pasar Eropa. Sedangkan Poundsterling juga bertahan di dekat level tertingginya dalam tiga tahun terakhir dan terakhir diperdagangkan di US$ 1,3427. 

Pasar kini menantikan sederet rilis data ekonomi AS pekan ini, yang dinilai bisa memberikan petunjuk awal apakah perang dagang telah mulai berdampak pada ekonomi domestik. Laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis Jumat menjadi perhatian utama, bersama dengan data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama dan indeks PCE inti, indikator inflasi favorit The Fed.

Baca Juga :  Begini Cara OJK Dorong Industri Dana Pensiun Lewat Kebijakan Investasi

“Saya memperkirakan data ekonomi AS akan terus memburuk.  Saat data riil yang lemah dirilis, tekanan terhadap dolar AS akan semakin besar, karena saat ini investor tidak lagi menganggap dolar sebagai mata uang safe haven yang bisa diandalkan. Dolar justru mulai bergerak seperti mata uang berisiko,” kata Kong dari CBA.

Sementara itu, dolar Kanada (loonie) bergerak stabil di C$1,3837, menjelang hasil pemilihan umum yang digelar Senin, di mana tarif dan komentar Trump soal kemungkinan aneksasi Kanada menjadi isu utama kampanye.

Di pasar mata uang lainnya, dolar Australia melemah tipis 0,02% ke US$0,6431, sedangkan dolar Selandia Baru turun 0,27% ke US$0,59635.