Cryptoharian – Harga Bitcoin (BTC) saat ini menunjukkan pola yang mirip seperti yang pernah terjadi di tahun 2017 dan 2021. Dalam dua siklus itu, setelah harga Bitcoin sempat jatuh cukup dalam, tidak lama kemudian muncul kenaikan besar-besaran.
Dalam sejarahnya, harga Bitcoin sering naik tajam, lalu turun drastis kemudian naik lagi pelan-pelan setelah periode tenang. Melansir dari coinedition.com, seperti contoh puncak di tahun 2013, harga turun ke US$ 200. Setelah puncak tahun 2017, turun ke US$ 3.000. Dan setelah tahun 2021, sempat turun ke US$ 16.000. Tapi setelah itu, harga selalu naik lagi ke level yang jauh lebih tinggi.
Sekarang di tahun 2025, pola serupa mulai terlihat. Bitcoin sempat menyentuh lebih dari US$ 100.000, lalu turun ke bawah US$ 80.000 karena kondisi ekonomi global dan ketegangan politik. Tapi justru penurunan ini bisa jadi awal dari kenaikan berikutnya.
Saat ini, Bitcoin ada sekitar US$ 85.050, naik dari titik terendah sebelumnya di US$ 74.436. Dari grafik, terlihat harga mulai menembus garis tren penurunan, masuk ke area penting antara US$ 84.200 sampai US$ 85.700.
Indikator pasar juga menunjukkan masih ada tenaga beli, namun belum berlebihan, yang mana artinya kenaikan harga masih sehat. Target harga ke depan bisa saja mencapai US$ 88.700 bahkan US$ 97.600, jika tren naik ini berlanjut. Tapi kuncinya, harga perlu menembus dan bertahan di atas US$ 88.000 dulu.
Kalau harga turun, titik support atau batas bawah yang penting ada di US$ 82.000, lalu US$ 79.900 dan US$ 77.800.
Kalau melihat sejarah, penurunan tajam seperti ini sering kali jadi “pemanasan” sebelum kenaikan besar. Beberapa analis percaya, Bitcoin sekarang mungkin sedang masuk ke fase senyap, tapi bisa meledak naik jika ada momentum.
Tentu saja, kenaikan ini masih membutuhkan konfirmasi. Volume perdagangan harus naik, whale dan institusi harus mulai masuk lagi, dan harga harus bisa menembus batas atas yang penting. Tapi kalau semua itu terjadi, bukan tidak mungkin harga Bitcoin bisa menuju US$ 150.000.
