Kebijakan Trump Bak Pedang Bermata Dua Bagi AS

Kebijakan Trump Bak Pedang Bermata Dua Bagi AS
Bagikan:

JAKARTA, investor.id – Sejumlah kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bak pedang bermata dua. Di satu sisi dapat berdampak negatif berupa stagnasi ekonomi dan inflasi tinggi yang berujung pada fenomena resesi, tapi di sisi lain dapat berbuah mendongkrak perekonomian AS.

Ekonom senior INDEF, M Fadhil Hasan menyebutkan beberapa kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump, seperti pemotongan pajak, penyederhanaan pemerintah, dan upaya mengembalikan industri manufaktur ke AS, telah memicu berbagai pandangan. Terdapat dua skenario yang diperkirakan oleh para ekonom mengenai dampak kebijakan-kebijakan ini terhadap perekonomian negeri Paman Sam tersebut.

“Pertama, kebijakan-kebijakan seperti residual calculation akan berdampak negatif pada perekonomian Amerika dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Dampaknya termasuk meningkatnya inflasi dan tingginya biaya hidup bagi masyarakat Amerika,” kata Fadhil, pada Jumat (4/4/2025).

Baca Juga :  Mata Uang Digital CBDC: Inovasi Revolusioner Keuangan Global

Secara umum, kebijakan ini diperkirakan akan mendorong perekonomian Amerika menuju stagflasi, yaitu kombinasi stagnasi ekonomi dan inflasi yang tinggi. Dia pun menyebut fenomena serupa pernah terjadi pada masa pemerintahan Presiden Jimmy Carter yang berakhir dengan resesi di AS.

Meski demikian, Fadhil juga menyebut ada kemungkinan kedua atas kebijakan yang diambil Trump, dimana perekonomian AS dapat terdongkrak. Kebijakan ekonomi seperti pemotongan pajak, pengaturan tarif, dan penyederhanaan pemerintah bisa membawa dampak positif.

“Mirip dengan yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan, yang berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika. Meskipun peluang kedua skenario ini ada, ada ketidakpastian tentang kemungkinan mana yang lebih besar terjadi,” jelas dia.

Menurut Fadhil, hasil akhir dari dua skenario tersebut bergantung pada respons negara-negara yang dikenakan tarif oleh Trump. Jika negara-negara tersebut merespons dengan tindakan balasan, seperti yang dilakukan Trump dengan mengenakan tarif tinggi terhadap produk-produk Amerika, maka skenario perang dagang global bisa terjadi. Jika ini berlangsung, resesi atau stagflasi akan menjadi dampak yang sangat mungkin.

Baca Juga :  FV Bank dan Visa Luncurkan Kartu Debit Kripto

“Namun, jika negara-negara tersebut memilih untuk melakukan negosiasi dan mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, maka ekonomi global, terutama Amerika, berpotensi tumbuh lebih baik. Dalam hal ini, skenario kedua, yaitu pertumbuhan ekonomi yang positif, akan lebih mungkin terjadi,” urai dia.

Fadhil menilai, meskipun kedua skenario ini dapat terjadi, hingga saat ini belum ada kepastian tentang mana yang akan terwujud. Namun, jika kita melihat respons pasar saham di Amerika dan Asia terhadap kebijakan Trump, banyak yang menganggap bahwa dampaknya cenderung negatif bagi AS.

“Pasar saham global mengalami penurunan signifikan, menunjukkan adanya reaksi negatif terhadap kebijakan ini. Berdasarkan respons jangka pendek ini, banyak pihak memperkirakan bahwa skenario pertama, stagnasi ekonomi dan inflasi, lebih besar kemungkinannya terjadi saat ini,” pungkas Fadhil.