Industri Baja Didorong Terapkan Prinsip Keberlanjutan dan Ekonomi Sirkular 

Industri Baja Didorong Terapkan Prinsip Keberlanjutan dan Ekonomi Sirkular 
Bagikan:

JAKARTA, Investor.id – Industri baja didorong menerapkan prinsip keberlanjutan dan ekonomi sirkular. Sebab, pada dasarnya, industri baja menghasilkan cemaran, terutama gas rumah kaca. 

“Kalau tidak ada treatment apa-apa, industri baja mengganggu lingkungan,” kata  Pakar ekologi dan manajemen lanskap IPB University Hadi Susilo Arifin, Sabtu (19/4/2025).  

Oleh sebab itu, dia menilai positif PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP/GGRP) yang tahun ini kembali meraih penghargaan Proper Biru untuk ke-12 kali. Perseroan juga dinilai menerapkan prinsip keberlanjutan dan ekonomi sirkular, termasuk inovasi teknologi melalui kerja sama dengan perusahaan Eropa, dalam mendukung rencana perusahaan untuk memproduksi gulungan canai panas (hot rolled coils/HRC) tanpa emisi karbon pada 2027.  

Hadi juga mengapresiasi upaya GRP yang konsisten melakukan penghijauan di area pabrik. Seperti dikutip dari data laporan keberlanjutan perusahaan, hingga akhir 2023, GRP telah menanam 9.000 lebih pohon dari 78 varietas. Upaya tersebut bisa menjaga kualitas udara dan menciptakan lingkungan sehat. Tidak hanya bagi karyawan, tetapi juga masyarakat sekitar. 

Baca Juga :  Rumah Sakit Ramai Pasien, Laba Bundamedik (BMHS) Melesat 60%

Hadi menguraikan, proses fotosintesis pohon-pohon  besar di area pabrik GRP akan menyerap Co2, sehingga mengurangi emisi karbon. Pengurangan emisi karbon tersebut juga tergantung luasan  dan jenis pohonnya. 

“Makin banyak ruang terbuka hijau, makin besar pepohonan, pasti emisi karbonnya akan berkurang. Apalagi kalau yang ditanama jenis fast growing, yang tumbuh dengan cepat. Pohon seperti ini mengindikasikan bahwa penyerapan Co2-nya bagus,” jelas Hadi. 

Tidak hanya pohon-pohon besar. Hadi juga menyebut, keberadaan berbagai sarana olahraga yang dibangun oleh perusahan dalam lingkungan kantor dapat berpengaruh positif. Apalagi, misalnya, ada tempat olahraga outdoor atau taman-taman, yang bisa menjadi rekreasi buat karyawan. Dengan demikian, karyawan juga sehat, baik fisik maupun jiwa.  

Begitu juga terkait panel surya atap yang telah terpasang di area operasi perusahaan, Hadi sangat mendukung. 

Baca Juga :  OJK Menetapkan Saham PT Cipta Sarana Medika Tbk sebagai Efek Syariah

Seperti dikutip dari laman The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA), GRP telah mengoperasikan salah satu rooftop solar panel terbesar di Jawa Barat dengan total kapasitas 9,3 MWp. Inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi 47.400 ton C02 per tahun. 

Di sisi lain, Hadi sependapat dengan komitmen perusahaan untuk membantu meningkatkan taraf hidup, termasuk kesejahteraan dan kesehatan masyarakat di sekitar pabrik. 

Pengamat ekonomi sumber daya kingkungan IPB University Sri Mulatsih juga menilai positif komitmen GRP terhadap lingkungan dan keberlanjutan, termasuk peluncuran buku panduan untuk ESG (ESG Strategy Handbook) pada 2022. Sri juga sependapat dengan penggunaan dan pemasangan panel surya atap dan penggunaan scrap dalam mendukung ekonomi sirkular yang diterapkan perusahaan.  

Melalui berbagai upaya tersebut, jelas Sri, GRP bisa dikategorikan sebagai green industry. Bahkan, Sri juga sependapat bahwa GRP bisa menjadi benchmark bagi industri lain. 

Baca Juga :  Transaksi BRImo Nyaris Rp 1.600 Triliun

Dalam jangka panjang, dia menilai, perusahaan bisa menjadikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing. Apalagi, dalam proses produksi, GRP juga menerapkan konsep ekonomi sirkular.