JAKARTA, investor.id – Harga emas melonjak dan terus menerus menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada Selasa (22/4/2025). Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar dan diprediksi bisa menembus level US$ 3.500.
Hal itu menyusul komentar kontroversial dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang secara terbuka menyerang independensi The Fed dan menyebut Ketua The Fed Jerome Powell sebagai ‘pecundang besar’ karena lambat dalam memangkas suku bunga.
Harga emas hari ini terlihat melonjak 1,6% menjadi US$ 3.479,2 per ons pada saat berita ini ditulis. Ini merupakan rekor tertinggi. Sebelumya, rekor tertinggi harga emas tercatat di level US$ 3.444 yang dicetak pada 21 April lalu.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mengatakan, ketegangan ini menjadi pemicu utama meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. mencerminkan respons pasar terhadap tekanan politik yang terus memanas di AS.
“Permintaan bullion meningkat tajam seiring meningkatnya ketidakpercayaan pasar terhadap arah kebijakan moneter The Fed, yang dinilai terlalu berhati-hati dalam merespons tantangan ekonomi saat ini,” ungkap Andy, Selasa (22/4/2025).
Andy menambahkan, secara teknikal, kombinasi candlestick yang terbentuk serta posisi indikator Moving Average menunjukkan tren bullish yang semakin solid pada XAUUSD. “Tekanan beli yang kuat masih mendominasi pasar. Jika tren ini berlanjut, maka proyeksi harga emas berpeluang menyentuh target psikologis berikutnya di level US$ 3.500,” ujar Andy.
Namun demikian, Andy juga mengingatkan adanya potensi koreksi teknikal jika harga gagal mempertahankan momentum bullish-nya. “Jika terjadi reversal, maka penurunan wajar berpotensi mengarah ke area support terdekat di $3.374,” tambahnya.
Pelemahan Dolar AS
Selain tekanan politik, Andy menyebutkan, pelemahan dolar AS turut memperkuat posisi emas. Indeks Dolar AS (DXY) jatuh ke posisi terendah tiga tahun di 97,92 akibat kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan moneter AS yang semakin tidak pasti.
Dalam pernyataan terbarunya, Powell mengakui potensi skenario stagflasi dan menyatakan bahwa saat ini bank sentral berada dalam mode ‘wait and see’. Hal ini menciptakan ketidakpastian tambahan, memperkuat daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap risiko inflasi dan gejolak ekonomi.
Dari sisi fundamental, lanjut Andy, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun ke level 4,373% tidak cukup kuat untuk menghambat laju bullish emas. “Bahkan, imbal hasil riil AS juga ikut naik, namun investor tetap memilih emas di tengah ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter yang tinggi,” tambahnya.
Data dari pasar uang menunjukkan bahwa pelaku pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed hingga 94,5 basis poin sampai akhir 2025. Dengan kemungkinan pemangkasan pertama terjadi pada Juli mendatang.
Sepanjang minggu ini, Andy menyebut, fokus pasar akan tertuju pada sejumlah pidato pejabat The Fed, termasuk komentar dari Wakil Ketua Philip Jefferson dan Presiden The Fed Philadelphia, Patrick Harker. Selain itu, data PMI S&P Global dan Pesanan Barang Tahan Lama akan menjadi indikator penting yang dapat mempengaruhi arah pergerakan harga emas dalam jangka pendek.
Dengan faktor teknikal yang mengindikasikan potensi kenaikan dan ketidakpastian global yang mendorong permintaan terhadap emas, Andy menilai untuk prospek harga emas hari ini sangat positif.
“Potensi untuk menembus level US$ 3.500 semakin terbuka lebar, namun trader/investor disarankan untuk tetap menjaga manajemen risiko yang ketat mengingat volatilitas pasar yang tinggi,” tutupnya.