JAKARTA, investor.id – Harga emas dunia tergelincir pada Selasa siang (15/4/2025). Meski demikian, prospek tren bullish masih kuat dan menuju level US$ 3.250.
Harga emas terlihat turun 0,37% menjadi US$ 3.224,3 pada saat berita ini ditulis. Sedangkan rekor tertinggi harga emas sepanjang masa (all time high/ATH) berada di level US$ 3.245,4 pada Senin (14/4/2025).
Analis pasar dari Dupoin Indonesia Andy Nugraha menyatakan, secara teknikal, tren bullish pada emas masih tetap dominan. Berdasarkan pengamatan terhadap pola candlestick serta indikator Moving Average saat ini, peluang penguatan harga masih sangat terbuka.
“Selama harga emas mampu bertahan di atas support psikologis US$ 3.200, maka harga memiliki potensi untuk naik ke level US$ 3.250 dalam jangka pendek,” ujarnya, Selasa (15/4/2025).
Namun, Andy juga menambahkan bahwa jika terjadi reversal dan harga tidak mampu mempertahankan momentum naiknya, maka target koreksi terdekat berada di area US$ 3.193. Level ini dianggap sebagai batas bawah konsolidasi saat ini dan dapat menjadi titik pantul apabila tekanan jual meningkat.
Dari sisi fundamental, Andy mengatakan, sejumlah faktor global terus memberikan dukungan bagi penguatan emas. Kekhawatiran akan resesi ekonomi di Amerika Serikat (AS) serta meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga secara agresif menjadi pemicu utama kenaikan harga logam mulia.
Pelaku pasar saat ini memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed hingga 90 basis poin sebelum akhir tahun 2025, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kenaikan harga emas sebagai aset tanpa imbal hasil.
Ketegangan Perang Dagang
Di sisi lain, Andy menegaskan, meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China juga mendongkrak permintaan safe haven. Pemerintah China telah menaikkan tarif tambahan terhadap produk AS dari 84% menjadi 125% sebagai balasan atas kebijakan perdagangan Washington.
Meski Presiden AS Donald Trump sempat memberikan pengecualian untuk beberapa produk teknologi seperti smartphone dan laptop. “Namun, ketidakpastian masih tinggi karena akan ada tarif baru terhadap sektor semikonduktor dalam waktu dekat,” papar Andy.
Sentimen pasar sempat membaik pada hari Senin akibat ekspektasi bahwa ketegangan perdagangan dapat mereda, ditandai dengan kenaikan indeks saham berjangka AS. Namun, kekhawatiran terhadap inflasi yang dipicu oleh kenaikan tarif dan potensi penurunan suku bunga tetap menjadi landasan utama bagi penguatan harga emas dalam waktu dekat.
Andy menyebut, tidak adanya rilis data ekonomi utama dari AS pada hari ini membuat fokus pasar tertuju pada komentar pejabat The Fed dan kebijakan dagang lanjutan dari pemerintah AS. Jika pernyataan yang keluar mengarah pada pelonggaran kebijakan moneter dan peningkatan risiko inflasi.
“Untuk itu, harga emas kemungkinan besar akan melanjutkan kenaikannya,” jelas Andy.
Dengan kondisi teknikal yang menguat dan fundamental global yang mendukung, Andy menyimpulkan bahwa harga emas masih berada dalam tren naik yang solid, dengan target kenaikan jangka pendek di area US$ 3.250. “Sambil tetap mewaspadai potensi koreksi menuju US$ 3.193 apabila terjadi tekanan jual,” tutup Andy.