JAKARTA, investor.id – Pasar kripto jatuh dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin terpuruk merespons kebijakan tarif terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Kamis (3/4/2025) pukul 07.40 WIB, kapitalisasi pasar kripto global terkoreksi 2,8% menjadi US$ 2,66 triliun dalam 24 jam. Kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) terlihat jatuh 2,2% dalam 24 jam terakhir. Saat ini, harga Bitcoin di level US$ 83.220 per koin atau setara Rp 1,37 miliar (kurs, Rp 16.560).
Hal serupa juga terjadi pada Ethereum (ETH) yang rontok 3,94% menjadi US$ 1.821 per koin. Sedangkan Binance (BNB) turun 2,11% menjadi US$ 596 per koin.
Dikutip dari Cryptonews, kebijakan tarif terbaru Trump mengguncang pasar global, meningkatkan ketidakpastian di berbagai industri dan hubungan geopolitik.
Pada Rabu (2/4/2025), Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang mencakup tarif dasar 10% untuk semua impor serta tarif timbal balik yang setara dengan setengah dari tarif yang dikenakan oleh masing-masing mitra dagang AS. Langkah ini menandai perubahan besar dalam pendekatan perdagangan AS.
Pengumuman ini, yang menargetkan mitra dagang utama AS, langsung berdampak pada pasar keuangan karena investor menilai potensi pengaruhnya terhadap inflasi, laba perusahaan, dan rantai pasok global.
Reaksi pasar terhadap kebijakan ini beragam. Indeks berjangka AS mengalami penurunan awal saat investor mencerna dampak tarif terhadap perusahaan multinasional yang bergantung pada rantai pasok luar negeri.
Indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average melemah dalam perdagangan pra-pasar, sementara Nasdaq, yang memiliki eksposur tinggi terhadap rantai pasok semikonduktor global, mengalami penurunan yang lebih tajam.
Sementara itu, Bitcoin sempat naik saat Trump mulai berbicara, tetapi kemudian stabil di sekitar US$ 86.000, mencerminkan reaksi yang lebih hati-hati dari para pedagang aset kripto.
Harga emas mengalami kenaikan karena investor mencari aset safe-haven di tengah kekhawatiran terhadap gangguan perdagangan global.
Dolar AS Menguat
Di sisi lain, dolar AS menguat terhadap mata uang pasar negara berkembang, seiring dengan ekspektasi arus modal masuk ke ekonomi AS akibat meningkatnya proteksionisme.
Di sisi lain, dolar AS menguat terhadap mata uang pasar negara berkembang, seiring dengan ekspektasi arus modal masuk ke ekonomi AS akibat meningkatnya proteksionisme.
Perusahaan manufaktur dan barang konsumsi yang memiliki ketergantungan tinggi pada Asia langsung mendapat sorotan.
Struktur tarif timbal balik yang diterapkan Trump memberlakukan bea masuk besar terhadap impor dari Kamboja (49%), Vietnam (46%), Bangladesh (37%), dan China (34%), yang semuanya merupakan pusat utama produksi tekstil, elektronik, dan barang konsumsi.
Retailer AS yang bergantung pada rantai pasok ini diperkirakan akan menghadapi tekanan biaya, yang kemungkinan besar akan dibebankan kepada konsumen melalui kenaikan harga.
Raksasa teknologi yang bergantung pada produksi semikonduktor Taiwan (32%) memperhatikan pasar dengan cermat, sementara impor chip dari Korea Selatan (25%) juga berisiko mengalami lonjakan biaya.
Bagi produsen otomotif, potensi tarif pada komponen dari Jepang (24%) dan Uni Eropa (20%) memicu volatilitas saham, karena analis menghitung dampak potensial pada harga kendaraan.
Dalam pengumumannya, Trump menegaskan, “Kita harus melindungi rakyat Amerika,” memperkuat komitmen pemerintahannya untuk mengurangi defisit perdagangan dan mendorong produksi dalam negeri.
Namun, para analis memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa memicu aksi balasan dari mitra dagang AS, yang berpotensi memicu sengketa perdagangan baru.
Beberapa minggu kedepan akan menjadi penentu apakah strategi tarif Trump berhasil mengembalikan lapangan kerja ke dalam negeri atau justru memicu tekanan inflasi yang dapat berdampak negatif pada daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Pasar akan terus memantau respons dari pemerintah asing, penyesuaian laba perusahaan, serta kemungkinan tantangan hukum dari industri yang terdampak.