Bitcoin Tembus $ 64.000, Tetap Berhati-Hati dan Jangan FOMO

Bitcoin Tembus US$ 64.000, Tapi Ini Alasan Anda untuk Tetap Berhati-Hati
Bagikan:

Cryptoharian – Harga Bitcoin (BTC) naik hingga menyentuh US$ 64.000 setelah The Fed mengumumkan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin. Kenaikan ini membuat banyak investor kripto bersemangat, dan berharap bull market baru akan segera dimulai.

Namun, salah satu influencer sekaligus trader kripto dengan nama samaran ‘VirtualBacon’ di media sosial X mengingatkan para investor untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan.

Dalam cuitannya, ia menjelaskan bahwa meskipun harga Bitcoin naik dengan cepat, kondisi pasar saat ini masih belum stabil.

“Jujur saja, saat ini masih terlalu dini untuk menyebut kenaikan ini sebagai awal dari tren naik yang berkelanjutan,” ungkap VirtualBacon.

Pasca pemangkasan suku bunga The Fed, harga tembus ke angka US$ 64.000, setelah beberapa bulan berada di antara US$ 58.000 hingga US$ 62.000. Namun kenaikan ini dirasa kurang olehnya, lantaran belum menembus level penting US$ 64.900.

Baca Juga :  Harga BNB Turun Saat Changpeng Zhao (CZ) Bisa Tinggalkan AS

“Kita perlu menunggu Bitcoin melewati US$ 64.900 untuk mengonfirmasi breakout yang sebenarnya. Karena tanpa melewati batas ini, kenaikan harga saat ini bisa jadi hanya sementara,” ujarnya.

https://twitter.com/VirtualBacon0x/status/1838363103777436073?ref_src=twsrc%5Etfw

Pemangkasan Suku Bunga Jadi Tanda Awal Resesi

Ketua The Fed, Jerome Powell juga mengisyaratkan pemotongan suku bunga tambahan sebesar 50 basis poin lagi bisa terjadi di akhir tahun. Meskipun ini bisa mendorong harga Bitcoin lebih tinggi, VirtualBacon tetap mengingatkan agar berhati-hati.

Menurutnya, meskipun Bitcoin saat ini berada di sekitar US$ 63.000, tren penurunan yang dimulai sejak Maret masih belum berakhir. Ia menekankan pentingnya untuk melihat kondisi ekonomi yang lebih luas, seperti tingkat pengangguran dan inflasi, sebelum mengambil keputusan investasi yang besar.

“Yang harus dicatat, salah satunya adalah kekhawatiran di kalangan investor yang melihat bahwa pemangkasan suku bunga merupakan tanda awal dari resesi,” kata VirtualBacon.

Baca Juga :  Situs Penjualan Token WLFI Donald Trump “Error 403”

Sebagai informasi, sepanjang catatan sejarah, resesi sering terjadi setelah The Fed memangkas suku bunga sebesar 200 basis poin atau lebih dalam setahun.

Pemotongan suku bunga yang mengindikasikan resesi ini, waktu terjadinya bisa bervariasi. Beberapa prediksi menyebut bahwa 61 persen peluang resesi akan terjadi pada Agustus 2025.

“Kunci untuk mengetahui apakah resesi sudah dekat atau belum adalah tingkat pengangguran,” paparnya.

Ia menyatakan, selama tingkat pengangguran masih di bawah 4,4 persen, The Fed kemungkinan akan lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga lebih lanjut. Namun, jika angka pengangguran naik, resiko resesi bisa saja meningkat.

“Tingkat pengangguran adalah indikator utama yang harus diperhatikan,” tegas VirtualBacon.

Masih Pada Sikap Optimis

Meskipun kondisi pasar saat ini masih belum pasti, VirtualBacon mengaku tetap optimis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin. Ia menjelaskan bahwa ketika likuiditas global meningkat, harga Bitcoin cenderung ikut naik. Baru-baru ini, suplai uang global mencapai level tertinggi sepanjang masa, yang bisa menjadi tanda tren naik Bitcoin akan berlanjut.

Baca Juga :  Perusahaan Raksasa Ini Lirik Investasi Bitcoin MicroStrategy

“Jika tren ini terus berlanjut, Bitcoin bisa mengalami kenaikan yang kuat,” tulis VirtualBacon.

Untuk menghadapi volatilitas dan kondisi pasar saat ini, VirtualBacon membagikan strateginya, yakni:

1. Tahan posisi spot di Bitcoin, Ethereum dan Solana.

2. Hindari Leverage karena pasar saat ini terlalu bergejolak

3, Beli secara bertahap atau DCA di sektor yang kuat seperti AI, gaming dan beberapa proyek blockchain.

4. Tetap tenang dan sabar karena arah akan lebih jelas pada bulan November.

​