JAKARTA, investor.id – Indeks harga saham gabungan (IHSG) terdiskon besar, mencerminkan prospek pesimistis. Ada perkiraan badai IHSG ini bergerak ke zona 5.000.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi mengungkapkan, IHSG saat ini diperdagangkan pada PE sebesar 11,4 kali atau setara standar deviasi (SD) -1,8 terhadap rata-rata 10 tahun, dengan selisih yield laba sebanyak 154 bps terhadap yield obligasi 10 tahun – terlebar sejak Juni 2012.
“Jika dibandingkan dengan kondisi pasar pada 2015 atau tahun pertama Presiden Joko Widodo menjabat, kami melihat adanya kemiripan seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi dan laba, defisit fiskal yang melebar, serta peluncuran kebijakan baru pemerintah,” tulis Erindra dan Muthia dalam risetnya.
Namun, faktor positif kali ini adalah neraca perdagangan Indonesia yang lebih kuat, didukung oleh membaiknya ekspor. Jika tren berlanjut, hal itu bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Meski demikian, risiko tetap ada, terutama volatilitas harga batu bara dan CPO.
Di tengah minimnya katalis pertumbuhan, Erindra dan Muthia memperkirakan laba akan melemah secara beruntun pada kuartal II-2025 dan stagnan pada kuartal III-2025. Sedangkan IHSG diprediksi bergerak pada kisaran 5.900-6.700 di kuartal II-2025.
Sebab itu, target IHSG hingga akhir 2025 diturunkan menjadi 7.350 dari sebelumnya 7.850. Target tersebut mencerminkan rasio PE sebesar 13 kali. Adapun skenario optimistis (bull case) IHSG tahun ini di level 7.660 dan skenario pesimistis (bear case) di level 7.090.
IHSG Pekan Ini
Sementara itu, perang dagang II makin berkecamuk, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal. Dampaknya bakal terus menjalar ke mana-mana, termasuk pergerakan IHSG pekan ini.
Senior Market Chartist Retail Business Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, dampak kebijakan tarif Trump bisa memicu penurunan tajam IHSG, bahkan berpotensi terjadinya pembekuan sementara perdagangan (trading halt) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebab pengaruh sentimen kenaikan tarif bea masuk (BM) AS tersebut sangat kuat terhadap pasar.
“Itu wajar saja karena bursa kita sudah menghadapi hari libur sejak 28 Maret lalu,” kata Nafan, yang dikutip pada Senin (7/4/2025).
Sementara itu, founder Stocknow, Hendra Wardana mengatakan bahwa kebijakan tarif Trump bisa mengguncang pasar modal Indonesia setelah libur panjang, tepatnya pada pembukaan perdagangan Selasa (8/4/2025).
“Reaksi pasar global terhadap kebijakan ini sangat cepat dan ekstrem, mencerminkan kekhawatiran akan eskalasi perang dagang yang bisa mengganggu rantai pasok, memperlambat perdagangan internasional, hingga berujung pada pelemahan ekonomi global,” ujar Hendra.
Dia menyebutkan, bursa saham AS mencatatkan koreksi tajam. Nasdaq anjlok 11,4%, Small Cap 2000 turun 10,7%, S&P 500 melemah 10,5%, dan Dow Jones terkoreksi 9,3% hanya dalam dua hari perdagangan.
“Saya memperkirakan IHSG berpotensi melemah ke area support 6.290-6.312, dengan resistance jangka pendek di 6.660,” ujarnya.