Apakah Perang Tarif Berdampak Kepada Pasar Kripto?

Follback_berita
Bagikan:

Cryptoharian – China resmi menaikkan tarif impor untuk barang-barang dari Amerika Serikat menjadi 125 persen mulai 12 April 2025. Langkah ini diambil sebagai respon langsung terhadap keputusan pemerintah Amerika sehari sebelumnya yang menaikkan tarif untuk produk asal China dengan angka yang sama.

Kebijakan baru ini diumumkan oleh Komisi Tarif Dewan Negara China. Tarif ini menggantikan tarif sebelumnya sebesar 84 persen yagn diberlakukan sejak Maret. Melansir dari coinedition.com, pemerintah China menyebut tindakan Amerika sebagai pelanggaran terhadap aturan perdagangan internasional dan prinsip ekonomi global.

Menurut pernyataan resmi, barang-barang asal Amerika dianggap tidak layak masuk pasar China dengan beban tarif setinggi itu. Karena itulah, China menyatakan tidak akan lagi menanggapi langkah-langkah serupa dari pihak Amerika di masa mendatang. Keputusan ini, menurut pemerintah, didasarkan pada undang-undang domestik China serta hukum internasional.

Baca Juga :  Telegram Luncurkan Fitur Gift dengan Dukungan NFT

Kementrian Keuangan China Ejek Amerika

Dalam pernyataan terpisah, Kementrian Keuangan China mengecam kebijakan tarif Amerika dan menyebutnya tidak masuk akal. Mereka mengklaim bahwa kalaupun Amerika terus menaikkan tarif, dampaknya tidak akan efektif secara ekonomi dan hanya akan menjadi bahan tertawaan dalam sejarah ekonomi dunia.

Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Trader Bitcoin Wajib Waspadai Level US$ 65.000 Sekarang

China juga memperingatkan bahwa jika AS terus merugikan kepentingan nasional China, maka pihaknya siap untuk membalas dengan tegas.

Sebelumnya, pada 10 April, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tarif 125 persen untuk barang dari China melalui media sosial. Ia menuduh China tidak menghormati pasar global. Sementara itu, negara-negara yang terdampak kebijakan serupa diberi penundaan selama 90 hari, China tidak termasuk dalam daftar tersebut.

Baca Juga :  Christopher Tahir: Penerjemahan Whitepaper Bitcoin Indonesia

Dampak Global Mulai Terlihat

Ketegangan ini langsung memicu reaksi dari berbagai pihak. Di Eropa, Menteri Keuangan Jerman, Joerg Kukies, mengatakan Uni Eropa sedang mempertimbangkan langkah balasan jika negosiasi dengan AS tidak membuahkan hasil. Ia juga menekankan pentingnya strategi yang seimbang, mengingat Eropa memiliki surplus di sektor barang namun defisit di sektor layanan digital.

Tak hanya itu, pasar kripto juga ikut terguncang. Harga Bitcoin sempat turun di bawah US$ 74.000 sebelum pulih ke kisaran US$ 81.500. Ethereum juga melemah dari 2 persen, mendekati US$ 1.548. Analis menilai penurunan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi global dan inflasi yang bisa meningkat akibat perang tarif ini.

Meski begitu, beberapa pengamat percaya bahwa dalam jangka panjang, aset kripto seperti Bitcoin bisa menjadi pilihan bagi investor yang mencari perlindungan dan ketidakstabilan ekonomi dan ketegangan geopolitik.