Pengamat Sebut Rupiah Kembali Stabil karena Intervensi BI

Follback_berita
Bagikan:

JAKARTA, investor.id – Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan nilai tukar rupiah kembali stabil karena intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar domestik.

Ibrahim menerangkan, sudah ada triple intervention alias tiga intervensi untuk menjaga keyakinan pelaku pasar.

Baca juga: Rupiah Sentuh Rp 16.800, Pengusaha Desak Pemerintah Proaktif

“Guna menenangkan pasar Bank Indonesia terus melakukan triple intervensi di perdagangan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward, red) yaitu pasar valuta asing/ valas, obligasi, dan repo, sehingga pelemahan rupiah bisa diantisipasi secara kontinyu (dan) rupiah kembali stabil, walaupun pasar global sedang tidak baik-baik saja,” tulisnya dalam catatan Rabu.

Tiga intervensi tersebut antara lain intervensi di pasar valuta asing (valas) pada transaksi spot dan DNDF, serta Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Baca Juga :  Gaya Investasi Djoni dan Lo Kheng Hong

Baca juga: Rupiah Bisa Dapat Sentimen Positif dari Aksi Buy on Dip

Optimalisasi instrumen triple intervention dalam rangka memastikan kecukupan likuiditas valas untuk kebutuhan perbankan dan dunia usaha serta menjaga keyakinan pelaku pasar, kata Ibrahim.

Selain itu, sentimen lain terhadap kurs rupiah berasal dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatatkan perekonomian Indonesia mengalami inflasi 1,03% secara tahunan (YoY) pada Maret 2025.

Pada Maret 2025 terjadi inflasi sebesar 1,03% secara tahunan. Terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (CPI ) dari 106,13 pada Maret 2024 menjadi 107,22 pada Maret 2025.

Baca juga: BI Memulai Langkah Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah dari Dampak Tekanan Global

Di sisi lain, kurs rupiah dipengaruhi pula sentimen dari pemberlakuan tarif impor tambahan sebesar 50% dari Amerika Serikat (AS) terhadap barang-barang dari China.

Baca Juga :  Simak! Ini Deretan Upaya SMF Kurangi Beban Fiskal Pemerintah

Secara total, tarif pemerintah Amerika terhadap barang impor dari China mencapai 104% yang terdiri dari bea tambahan impor sebesar 20%, tarif resiprokal 34%, dan tarif tambahan yang diterapkan hari ini sebesar 50%.

“China sejauh ini tidak menunjukkan niat untuk mundur, dengan Kementerian Perdagangan berjanji untuk berjuang sampai akhir dengan AS atas peningkatan tarifnya. Pasar juga berspekulasi bahwa Tiongkok membuang kepemilikan yang besar atas obligasi pemerintah AS, yang menyebabkan lonjakan besar dalam imbal hasil,” ungkap Ibrahim.

Baca juga: BI Pantau Dampak Tarif Trump terhadap Rupiah

Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 18 poin atau 0,11% ke level Rp 16.873 per dolar AS, dibandingkan sebelumnya di level Rp 16.891 per dolar AS.

Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini justru melemah ke level Rp 16.943 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.849 per dolar AS.